Hedonis Menangis
Di tengah kota raya yang menjanjikan halwa rasa,
Dalam impi sejuta warna,
Kini hebat tertangguk sukma,
Sirna segala makna bagai bahtera tanpa layar,
Leluhur mengutuk pada teguk elok kian lekuk,
Ramping peribadi budi terperenyuk,
Dosa dan pahala terkantuk,
Dalam peluk iblis bertanduk,
Di tengah kota raya yang menjanjikan halwa rasa,
Kedaluwarsa mengufuk senja,
Melirih rayu hedonis penuh telaga air mata,
Berpohon-pohon pada yang Esa.
Farah Athirah
Memilih Pulang
Relung luruh
nyataku meragu
menjasadkan keluh
meratapi pedih waktu.
Jalanku berbinar
mendung mengisi latar
jasad terdampar
tak mampu berfikir benar.
Merayu ketenangan
tidak jumpa bayang
tersesat di kejauhan
terfikir bagaimana akhiran.
Aku di fasa lelah
kalbuku meruntun
rindu kekasih lara.
Aku memilih pulang
menadah jumantara
puja seluruh padaMu
Engkau di urutan pertama.
Norizan Ramli
Sibu Jaya
Cecair Warna
Langkahku tersekat di senja
hanya berteman cecair warna
apakah aku harus mewarnai siang
atau menconteng gelapnya malam?
Aku mulai termenung sejenak
pantas aku menguji cecair warna
membersit keindahan uniknya mereka
berkelipan cahaya menyinar.
Indahnya mampu mewarnai bianglala
dari gaulan menjadi gambaran
dari gambaran menjadi taulan
hebatnya sang cecair warna.
Dalam hukumnya berpantang larang
patuhi ia lihatlah petua
pandanglah latar jadi pedoman
agar tidak hitam gelapnya bayang.
Warnailah segera sebelum mentari terbenam
hargailah cahaya sebelum gelapnya malam
tak semua insan ingin mewarna
kerna masih bertapak berasing meja.
Muhammad Aniq bin Sapini
Pulau Melayu